Fakta ini dikemukakan oleh pakar kardiologi dari Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, dr SpJP (K) Santoso Karo MPH FIHA FAsSC. Dalam pemaparannya, Santoso menjelaskan bahwa hipertensi bisa jadi musuh besar kaum pria. Pasalnya, penyakit ini dapat memicu terjadinya disfungsi ereksi. Nah, disfungsi ereksi ini sendiri cukup banyak dikeluhkan pria. Bahkan, di Indonesia tak kurang dari 60% impotensi ini disebabkan oleh hipertensi.Apa hubungan hipertensi dengan impotensi? Dijelaskan Santoso, hipertensi kronis dapat menyebabkan disfungsi endotel akibat tekanan darah yang terlalu tinggi. “Ini menyebabkan penyempitan pembuluh darah, termasuk pembuluh darah yang mengalirkan darah ke penis juga ikut menyempit,” kata Santoso dalam acara Waspada dan Tetap Sehat dengan Hipertensi di Jakarta beberapa pekan lalu.
Ketidakseimbangan antara faktor relaksasi dan kontraksi pun turut terjadi seiring dengan menyempitnya pembuluh darah sehingga menyebabkan disfungsi ereksi atau penyakit impotensi. Namun, hipertensi bukan hanya penyebab utama, penyakit seperti jantung kardiovaskuler, kencing manis, serta faktor usia juga bisa menjadi pemicu impotensi. Meski demikian, Santoso tak menampik semua penyakit tersebut lebih rentan dialami perokok pasif.
Dalam kesempatan tersebut, sekaligus terungkap fakta yang mematahkan mitos yang berkembang di masyarakat. Di mana penyakit darah tinggi ini dikaitkan dengan sifat temperamental pada seseorang.
“Hipertensi sebenarnya tidak ada kaitannya dengan sifat dan sikap seseorang juga usia. Penyakit ini menyasar segala usia dan lapisan masyarakat,” tutur Prof Dr dr Suhardjono SpPD KGH KGer.
Di Indonesia jumlah penderita hipertensi yang berusia 18 tahun ke atas sebanyak 31,7%. Hal ini sedikit berbeda dengan di Amerika. Di mana 2 juta anak dan remaja di sana mengidap hipertensi. Penyebab utamanya, pola makan dan gaya hidup. Di Indonesia sendiri belum ada data pasti yang menunjukkan jumlah penderita hipertensi yang berusia 18 tahun ke bawah. Namun menurut Suhardjono, hipertensi yang menyerang anak-anak lebih banyak terjadi karena faktor bawaan.
Sebut saja penyakit bawaan coarctasio aorte, di mana pembuluh darah besar dari jantung menyempit sehingga tekanan darah bagian atas tinggi, sedangkan bagian bawahnya rendah. Ada pula radang ginjal yang dipicu oleh tingginya kadar garam dalam tubuh. Juga takayashu, yakni penyempitan pembuluh darah sebelah kanan atau kiri karena radang atau TBC.
Anak yang lahir prematur juga lebih berpotensi menderita penyakit ini. Sebab, anak tersebut lahir pada saat pembentukan organ dalamnya belum begitu sempurna. Misalnya, pada bayi prematur pembentukan ginjal belum optimal. Akhirnya ginjal bekerja lebih keras dan menyebabkan rentannya hipertensi.
Sayangnya, orangtua belum banyak yang mengetahui kondisi ini. Alhasil, mereka cenderung menganggap sepele pemeriksaan darah pada anak-anak. Pemeriksaan tekanan darah pun baru dilakukan saat anak memasuki masa remaja. Namun, bagi orangtua yang memiliki riwayat hipertensi, Suhardjono menyarankan agar dilakukan pemeriksaan tekanan darah pada anak sejak dini. Perlu diketahui, tekanan darah normal pada anak sekitar 105/95.
Untuk menghindari penyakit ini, tidak lain tidak bukan adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat. Pilih makanan yang bergizi untuk anak dan sebaiknya hindari makanan yang mengandung bumbu instan dan garam. Jangan pula membiasakan anak mengonsumsi makanan cepat saji. Sebaliknya, kenalkan anak pada manfaat buah dan sayur.
(tty)